Peran Gereja (PGI) dalam Edukasi Covid-19

Wayame – pnielwayame.org – Penanganan Covid-19 ternyata kompleks. Bukan saja tanggung jawab pemerintah. Gereja dan komponen bangsa lainnya, mesti berperan. Jumlah penduduk, luas wilayah, kesejahteraan penduduk, ketersediaan fasilitas kesehatan dan obat-obatan, vaksinasi, merupakan masalah yang tidak bisa dipisahkan. Moralitas bangsa dan disiplin-patuh terhadap protokol kesehatan, juga merupakan faktor penghambat lain. Banyak orang yang belum memiliki kesadaran tinggi akan bahaya virus ini. Salah satu cara untuk mengatasinya yakni dengan edukasi dan sosialisasi.

Sadar akan fenomena ini, maka Crisis Center Covid-19 (C3-19) Jemaat GPM Wayame mengundang Pendeta Jacky F. Manuputty, M.A., Sekretaris Umum PGI Jakarta, untuk berbagi dalam webinar dengan tema “Peran PGI dalam percepatan penurunan penyebaran Covid-19 pada warga gereja lokal di Indonesia: Kasus Jemaat GPM Wayame di Kota Ambon”. Webinar dilangsungkan pada Kamis, 29 Juli 2021 melalui platform zoom dan dipandu oleh Penatua Wardis Girsang. Webinar ini diikuti oleh para pendeta, majelis jemaat, warga jemaat GPM Wayame dan jemaat-jemaat di wilayah Klasis Pulau Ambon Utara (KPAU).

Lima point penting yang ditekankan oleh Pdt. Jacky Manuputty: (1) Gereja harus hadir sebagai sumber makna. Gereja terpanggil untuk membangun pemaknaan terkait Covid-19, baik secara teologia, spiritual, maupun pastoral. Awal pandemi, banyak narasi penolakan terhadap berbagai keputusan. Gereja hadir memberi makna bahwa, keputusan pemerintah, otoritas kesehatan dan kebaktian virtual tidak bertentangan dengan iman kristiani; (2) Gereja harus hadir sebagai pusat edukasi, literasi dan informasi public. Produksi berita tidak benar (hoax) bersaing dengan berita-berita yang benar. Gereja diharapkan menjadi filter untuk menyaring infomasi dan berita yang benar, untuk selanjutnya disebar-luaskan kepada umat; (3) Gereja harus berperan untuk menggerakkan solidaritas umat. Solidaritas antar gereja, solidaritas antar umat dalam jemaat, dan juga solidaritas lintas agama. Solidaritas ini melahirkan respons cepat dalam penyediaan pangan, obat-obatan dan peralatan lain. Juga membangun pastoralia umat, untuk menguatkan spiritualitas menghindari epidemi keputus-asaan; (4) Transformasi digital yang tidak bisa dihambat. Pandemi Covid-19 justru melahirkan jemaat virtual. Dulu gereja menjadi garam dan terang, atau membawa gereja ke tengah dunia. Kini dunia dipaksa masuk ke dalam gereja dengan system digitalisasi. Untuk itu, gereja harus ber-transformasi baik teknologi, maupun dalam pelayanannya; (5) Mendorong gereja menyediakan tempat untuk isolasi mandiri. Sejarah misi kekristenan adalah kesediaan membangun sikap kerelawanan dalam dua aspek sosial yakni kesehatan dan pendidikan. Makanya, gereja harus hadir dan bersaksi tentang misi pelayanan kristus itu, sehingga gereja tidak kehilangan momen bersaksi untuk bangsa.

Webinar ini diharapkan dapat: (1) Membuka wawasan dan pencerahan mengenai peran PGI dalam membantu gereja-gereja lokal menanggulangi Covid-19,  khususnya di wilayah kota pulau kecil seperti kota Ambon; (2) Memberikan masukan tentang model kerjasama antar gereja lokal dan umat beragama lain untuk bersama-sama memperlambat bahkan menghentikan penularan-persebaran Covid-19, sekaligus saling membantu dalam aspek logistik, spiritual, soso-psikologis dan edukasi-sosialisasi bahwa Covid-19 bukanlah suatu aib; (3) Memberikan alternatif dan solusi bagaimana gereja bekerjasama dengan pemerintah dan stakeholder lainnya untuk percepatan penghentian penyebaran Covid-19 (erjees).

Video Kegiatan dapat di buka melalui link ini.

Please follow and like us:
RSS
Follow by Email