Berbagi Cerita Penyintas Covid-19 Wayame

Wayame – pnielwayame.org – Penyintas Covid-19 adalah orang yang pernah terpapar virus corona atau pasien positif Covid-19 yang telah berhasil sembuh. Terinfeksi Covid-19 bukanlah suatu aib, karena virus ini bisa menyasar siapa saja tanpa terkecuali. Seseorang yang positif Covid-19 berdasarkan hasil swab PCR harus mau membuka diri untuk menerima keadaan. Tidak ada alasan, selain harus patuh menjalankan protokol isolasi mandiri/terpusat. Saat mengetahui positif Covid-19, maka harus berpikiran positif. Yakin bahwa proses isolasi ini hanya sementara. Isolasi hanya membatasi aktivitas fisik sementara dengan dunia luar. Sekali lagi, menjadi penyintas Covid-19 bukan berarti suatu aib.

Masalah utama yang dihadapi masyarakat adalah kurangnya edukasi. Untuk itu, Crisis Center Covid-19 (C319) Jemaat GPM Wayame, menghadirkan empat orang narasumber penyintas Covid-19 dalam acara edukasi virtual “berbagi cerita”. Ibu Deassy Hehanussa/S., Ibu Ning Meronda/L., Ibu Sien Kayadoe/M., dan Ibu Ena Renwarin/L, merupakan empat penyintas Covid-19 yang menjalani isolasi terpusat. Mereka menjalaninya tahun 2020 di Hotel Ever Bright-Belakang Soya, Balai Penyuluhan Pertanian-Waiheru, LPMP-Poka, dan RS Siloam-Tantui, sampai dinyatakan sembuh. Acara ini dilangsungkan live dari gedung Gereja Pniel Wayame, pada Kamis, 22 Juli 2019. Dipancar-luaskan secara live streaming TV kabel dan Youtube dan dipandu Penatua J. Nanlohy.

Pengalaman mereka mengatakan bahwa, awal terkonfirmasi positif Covid-19 pasti ada rasa takut dan cemas. Apalagi pada saat itu (pertengahan 2020), belum banyak literasi tentang Covid-19 dan belum banyak informasi tentang pengalaman kesembuhan. Semua informasi masih serba terbatas. Mereka “dipaksa” untuk beradaptasi dengan kondisi dan kenyataan. Namun keputusan harus segera diambil. Semuanya semata untuk keselamatan dan perlindungan keluarga. Isolasi terpusat dilakukan. Ternyata keputusan tersebut tidak sia-sia. Kondisi kesehatan terpantau rutin. Makanan dan obat-obatan terjamin. Fasilitas untuk yang bekerja, seperti internet juga disediakan. Semua ini membuat proses penyembuhan berlangsung maksimal. Hanya satu yang membatasi yakni tidak bisa dikunjungi oleh anggota keluarga secara langsung. Namun hal ini dapat diatasi dengan fasilitas Video Call, WhatsApp dan MedSos lainnya. Pelajaran pentingnya yakni; jangan takut isolasi (mandiri/terpusat), karena itu hanya sementara. Tetap berlakukan protokol kesehatan untuk melindungi diri dan keluarga, serta sesama.

Harapan kedepan untuk semua yang sedang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah: (1) Setiap orang mempunyai kemampuan survive (bertahan hidup). Jangan biarkan kemampuan ini dikalahkan oleh rasa takut yang berlebihan; (2) Dukungan keluarga sangat penting dalam upaya penyembuhan. Jangan saling menyalahkan, tapi bangunlah cinta kasih dan sayang untuk saling menguatkan; (3) Dukungan lingkungan sekitar juga sangat menentukan upaya penyembuhan. Keterbukaan informasi kepada tetangga penting untuk mendapat dukungan logistik dan kebutuhan lain selama isolasi; (4) Covid-19 bukan aib, sehingga penderita/penyintas jangan dikucilkan dan dituduh sebagai pembawa virus; (5) Dukungan doa dari komunitas, jemaat dan para pelayan, membuat penderita kuat dan merasa tidak sendiri. Semoga pengalaman para penyintas ini bermanfaat bagi sesama. (erjees

Please follow and like us:
RSS
Follow by Email