Senin (4/11/2024), bertempat di Gedung Gereja Pniel Wayame, Jemaat GPM Wayame menyelenggarakan pesta demokrasi gereja yakni pemilihan Diaken dan Penatua periode 2025-2030.
Berbeda dengan periode-periode sebelumnya, kali ini proses pemilihan Diaken dan Penatua dilakukan secara terkomputerisasi. Proses pemungutan suara dilaksanakan mulai pukul 08.30 WIT sampai 19.30 WIT.
Sebagai salah satu jemaat dalam lingkup Gereja Protestan Maluku yang melaksanakan proses pemilihan majelis secara komputerisasi, jemaat GPM Pniel Wayame mendapatkan kunjungan dan peninjauan secara langsung dari beberapa pimpinan Gereja Protestan Maluku, di antaranya: Pdt. Elifas T. Maspaitella (Ketua Sinode GPM), Pdt. Izaac H. Hetharie (Wakil Ketua II MPH Sinode GPM), Pdt. Sacharias I. Sapulette (Sekretaris Umum MPH Sinode GPM), Pdt. Ny. Theresia L. Effendy/U (Ketua Klasis Pulau Ambon Utara).
7 buah perangkat komputer disediakan panitia untuk menjadi sarana pengambilan suara. Panitia juga menyambangi kediaman anggota jemaat yang berhalangan hadir secara langsung karena sakit maupun satu dan lain hal.
Ditemui tim dokumentasi dan publikasi, Ketua Majelis Jemaat GPM Pniel Wayame Pdt. Lodwyk W. Laisila mengungkapkan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena agenda Pemilihan Majelis Jemaat sudah boleh berlangsung karena kasih Tuhan.
Pdt. Odik menyampaikan, alasan panitia melaksanakan pemilihan secara komputerisasi dilandaskan oleh prinsip efektivitas. “Dengan menggunakan metode sepert ini, panitia dapat meningkatkan efektivitas waktu, tenaga, dan biaya”. Ungkap Ketua Majelis Jemaat GPM Pniel Wayame
Ketua Majelis Jemaat GPM Wayame sekaligus Ketua Panita Pemilihan Majelis Jemaat, beliau menggungkapkan, implementasi ini dilakukan secara bertahap, mengingat belum adanya regulasi dari GPM yang mengakomodir pemilihan secara komputerisasi/elektronik ini. Namun, panitia tetap bergerak menyiapkan sistem dan menjalin komunikasi bersama pihak Klasis Pulau Ambon Utara, lalu pihak klasis melanjutkannya kepada pihak MPH Sinode GPM.
Secara internal, panitia telah melakukan simulasi sebanyak 2 kali dan melakukan perbaikan sesuai kondisi yang terjadi. Secara eksternal, panitia melibatkan seluruh majelis jemaat, mengundang MPK Pulau Ambon Utara, MPH Sinode GPM, dan Media Center GPM. Setelah dirasa baik, metode ini akhirnya disetujui oleh Sinode GPM, melalu Pnt. Frans J. Papilaya yang mewakili MPH Sinode GPM.
“Dalam persiapannya panitia mengalami beberapa kendala namun berkat simulasi dan diskusi internal antara panitia, kendala bisa diatasi dengan penyesuaian-penyesuaian yang terus dilakukan hingga tiba pada eksekusi dan pemilihan metode yang menurut panitia efektif.”. Jelas Pdt. Odik.
“Secara metode agenda ini bisa diselesaikan secara baik dan cepat, kita dapat mengetahui penatua dan diaken secara langsung. Harus ada glory kepada Tuhan Yesus, bahwa ini hanya model, yang terpenting pelayan khusus ini terpilih dan saatnya nanti ditahbiskan menjadi pelayan bagi jemaat ini dan kemuliaan nama Tuhan.”.
Pada kesempatan lainnya, tim dokumentasi juga berkesempatan mewawancarai Bung Rido Matheis yang merupakan salah satu anggota panitia pemilihan majelis jemaat GPM Pniel Wayame.
Menurutnya, dengan latar belakang jemaat GPM Wayame yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat society 4.0 dan pengalaman pemilihan di periode sebelumnya yang terkadang tidak efisien dalam segi waktu. Panitia akhirnya, mengusulkan untuk melakukan terobosan dengan menggunakan sistem, yang hanya menggantikan media surat suara fisik tanpa merubah petunjuk teknis yang sudah ditetapkan oleh Sinode GPM.
Rido Matheis juga mengungkapkan, 5 hal positif dari terobosan pemilihan majelis jemaat secara komputerisasi/elektronik:
- Efesiensi dari segi waktu
- Tidak ada lagi potensi suara tidak sah, karena sistem ini mengharuskan setiap pemilih untuk memilih seluruhnya tanpa ada yang terlewati dan jika tidak terisi seluruhnya sistem tidak akan melakukan proses penyimpanan.
- Memastikan suara dari pemilih yang memberikan hak suaranya dihitung tanpa adanya indikasi pembatalan karena kesalahan memilih.
- Tidak akan ada yang namanya kerusakan kertas suara, karena pemilih dapat melakukan perubahan jika terjadi kesalahan selama belum melakukan proses penyimpanan akhir.
- Efisiensi dalam pembiayaan, karena mengurangi percetakan surat suara dan tidak menghasilkan limbah dari segi proses pemungutan dan perhitungan hasil.
Sebagai salah satu panita, Bung Rido menyatakan, kendala yang cukup besar dalam mengimplementasikan sistem ini ada pada mengedukasi warga jemaat terhadap hal yang dapat dikatakan sebagai hal baru yakni dengan penggunaan komputer ini, juga meyakinkan dan mengedukasi jemaat akan keamanan sistem, dimana sistem ini dirancang dengan aman sehingga potensi pembobolan data tidak dapat terjadi karna menggunakan sistem intranet yang artinya tidak terhubung secara online, yang membuat keamanan data tidak terancam karena sistemnya terisolasi.
“Semoga hasil proses pemilihan ini berdampak pada harapan yang panitia impikan di awal, efisiensi waktu, efisensi biaya. Ide ini juga diharapkan dapat menjadi persembahan dari jemaat GPM Pniel Wayame untuk GPM, semoga ide baik ini dapat diolah, diperbaiki lagi, sehingga suatu saat jemaat-jemaat lain di GPM yang sudah siap dan yang memiliki karakter mirip seperti jemaat GPM Pniel Wayame sudah dapat mengimplementasikannya”. Kata Bung Rido Matheis
“Semoga apa yang dilakukan ini, pada akhirnya katong tetap bisa melakukan pekerjaan Tuhan ini dengan maksimal dan banyak orang yang diberkati, terkhususnya jemaat itu sendiri dan para calon majelis yang nanti akan diputuskan malam ini siapa yang akan terpilih”.
Proses pemilihan Majelis Jemaat secara komputerisasi tidak hanya diapresiasi dan disambut baik oleh para pimpinan Sinode GPM, melainkan juga oleh Bpk. Johanis Haumahu selaku bagian dari warga jemaat GPM Pniel Wayame yang telah memberikan hak suaranya.
Bpk. Johannis Haumahu mengatakan, jika berbicara tentang wayame, sejak tahun 2022 ketika Sinode GPM mengusung sub tema transformasi digital maka menurutnya, jemaat GPM Wayame sudah memulai hal itu, terbukti dengan dilaksanakannya sidang jemaat 2024 yang sudah hampir menjalankan konsep digital secara keseluruhan, lalu dengan terobosan yang dilakukan sekarang adalah hasil yang luar biasa dari potensi yang ada di dalam jemaat ini. Bukti bahwa begitu banyak potensi dalam jemaat yang dapat dikembangkan untuk pelayanan.
“Dengan metode seperti, ini tidak ada pengeluaran yang begitu besar yang digunakan untuk agenda seperti ini”.
“Orang-orang mungkin banyak yang belum terbiasa, namun ini hal baru yang harus dikembangkan. Ini kesempatan bagi anak muda untuk membantu, kreatif dan lebih berkembang”.
Bapak Ais sapaan akrabnya mengatakan, warga yang mengikuti simulasi cenderung melakukan pemilihan lebih cepat dibandingkan yang tidak mengikuti simulasi.
Warga Jemaat yang juga berprofesi sebagai seorang dosen ini pun tak henti mengapresiasi kinerja panitia dan pihak gereja yang sudah mengumpulkan potensi dalam jemaat untuk mengelola hal seperti ini.
Bapak Johannis Haumahu mengatakan, ia sama sekali tidak menemui kesulitan dalam melakukan pemilihan secara komputerisasi karena background pekerjaannya dalam dunia pendidikan yang sering bersinggungan dengan teknologi.
Sebagai salah satu orang yang sudah sangat lama menjadi bagian dari jemaat ini, Bpk. Ais menyampaikan, hal seperti ini dapat menjadi pembelajaran yang baik agar lebih kreatif, khususnya anak-anak muda di dalam jemaat untuk pengembangan pelayanan bukan hanya secara normatif, tapi juga harus bisa keluar dari frame yang ada, yang terpenting tujuannya adalah untuk bagian dari penyembahan dan mengajak orang untuk bersekutu.
“Sekali lagi beta pribadi sangat-sangat merasa bangga dengan potensi yang ada di jemaat. Ke depan, semua potensi ini harus katong galakan untuk pelayanan dalam jemaat”. Ujarnya dengan penuh kebanggaan.
Jumlah Pemilih: 1824 orang
Pemilih yang menggunakan hak suara: 1132 orang
Pemilih yang registrasi tetapi tidak menggunakan hak suara: 59 orang
Pemilih yang tidak registrasi dan menggunakan hak suara: 633 orang