Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Wayame menyerahkan bantuan kurban untuk Masjid Darun Naim pada hari Idul Adha 1445 Hijiriah, yang jatuh pada hari Senin, 17 Juni 2024.
Bantuan berupa uang sebesar Rp5.000.000 itu diserahkan oleh Ketua Majelis Jemaat Pdt. Lodewyk W. Laisila dan diterima oleh Ketua Panitia Hari Raya Kurban Masjid Darun Naim.
“Kami setiap tahun memberikan sumbangan seperti ini pada saat hari raya Idu Adha. Semoga bantuan ini menjadi berkat bagi basudara muslim di Wayame,” kata Pdt. Laisila, di halaman Masjid Darum Naim, sekira pukul 09.10 WIT.
Menurut Laisila, bantuan tersebut merupakan ungkapan rasa syukur dan rasa kebersamaan antarumat di Desa Wayame, secara khusus dalam rangka hari besar keagamaan umat Islam Idul Adha atau Hari Raya Kurban, memperingati teladan keimanan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.
Ketua Panitia Hari Raya Kurban Jamaah Masjid Darun Naim menerima bantuan tersebut dan mengucapkan terima kasih.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Jemaat Wayame. Nanti saat penyembelihan hewan kurban, yang dibeli dari sumbangan ini, kami akan sampaikan kepada umat,” katanya.
Program ini merupakan kegiatan seksi POS, sub seksi pembinaan kerja sama antar umat agama dan aliran kepercayaan.
Dkn. Maya Samson/L, selaku PIC pemberian bantuan hari raya Idul Adha menyatakan GPM Jemaat Wayame setiap tahun lewat Persidangan Jemaat menyiapkan bantuan uang untuk pembelian hewan kurban bagi basudara muslim lewat Masjid Darun Naim Wayame.
“Jemaat kasi (memberikan) dalam bentuk uang, terserah nanti panitia yang menerima akan membeli apa,” katanya.
Ia menambahkan, program bantuan sebagai tanda partisipasi dan rasa kebersamaan itu sudah dilakukan saat Pnt. Kanes Amanupunjo (almarhum), mantan Penjabat Kepala Desa Wayame menangani program tersebut.
GPM Jemaat Wayame dan Masjid Darun Naim Wayame berada di komplek perumahan Wayame Permai di Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Maluku.
Desa Wayame dikenal sebagai Desa Moderasi Beragama, dimana kerukunan hidup antarumat berbeda agama terjalin dengan baik, dan tidak terpengaruh saat pecah konflik horisontal di Kota Ambon pada tahun 1999 dan 2001.