Jangan Ragu, Tetapi Percayalah!

“Sudah Genap. Percayalah! Yesus Mati dalam Kebenaran” Merupakan tema mingguan yang menjadi pengantar pada Kebaktian Jumat Agung (29/03/24) Pukul 19.00 WIT yang dilayani oleh Pendeta P. Matitaputty, bersama majelis pendamping Pnt. Ny. A. Corputty/M dan Dkn. Ny. S. Lewerissa/M.

Berdasarkan Pembacaan Firman pada Injil Yohanes 19 : 31 – 37, Pendeta Tio, sapaan akrabnya menuturkan bahwa ada 3 hal yang perlu dilihat dan dimaknai :

  1. Jika karena DIA kita harus menderita, dikucilkan, dicaci, dipukul? Jangan mengeluh. Sebab Tuhan Yesus juga pernah merasakannya bahkan lebih kejam dari yang kita alami, tetap fokus dan serahkan diri untuk dikuatkan oleh Sang Bapa dalam Yesus Kristus.
  2. Salib adalah tanda penghinaan, bahkan karena Salib, Yesus ditinggalkan dan dibiarkan berjalan seorang diri dengan bersimbah darah dan peluh, bahkan Petrus dan teman-teman yang lain meninggalkan dan menyangkal Yesus. Namun, Tuhan Yesus tidak mempersoalkan semua itu. Jika saat ini kita ditinggalkan karena Salib yang kita pikul bahkan tidak ada siapapun yang menghitung dan menganggap kita ada, tetaplah fokus sebab kamu tidak memikulnya seorang diri, ada Tuhan Yesus yang juga bersama-sama memikul salibmu karena IA tahu bagaimana sakitnya ditinggalkan, maka Tuhan Yesus tidak akan meningalkanmu.
  3. Tuhan Yesus mati dalam kebenaran karena cinta-NYA pada kita oleh sebab itu jangan ragu, tetapi Percayalah! Jangan tanyakan bagaimana nanti bila kita memikul salib Yesus, bagaimana nanti ketika kita menderita? Tenanglah, ada Tuhan Yesus yang senantiasa bersama-sama dengan kita, Kita terjatuh tapi tidak tergeletak, ada tangan Tuhan yang mengangkat.

Penderitaan dan kematian Yesus di tiang kayu salib merupakan cara Allah menyatakan Karya Selamat dan Kasih yang Sempurna. Iman kepada Yesus haruslah tetap kokoh bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah, maka penderitaan yang Yesus alami saat itu harus juga kita maknai dengan sungguh-sungguh. Jika, salib saat itu menjadi sebuah batu sandungan bahkan kutukan, namun karena Kasih dan Cinta Kasih Pengorbanan Kristus yang disalibkan menjadi berharga sebagai tanda cinta.

 “Hanya Yesuslah yang dapat memberikan nyawa-NYA ganti kita dan penebusan itu Yesus bayar tanpa ditawar.” Ungkap Pendeta Prasetio Matitaputty dalam khotbahnya.

Dalam kebaktian ini pun ditampilkan fragmen tentang Kesengsaraan Tuhan Yesus, juga kesaksian pujian oleh Paduan Suara Sidi Baru Jemaat GPM Wayame, Solo Nn. Nesya Tuankotta, dan Solo Bpk. John Sahusilawanne.

Please follow and like us:
RSS
Follow by Email