Kebaktian Minggu (17/09/23) Pukul 07.00 WIT dilayani oleh Pdt. Yerry Pureng, M.Th bersama dengan majelis bertugas Pnt. Ny. Selvina Manuputty/S dan Dkn. Yantje P. Maukary. Pelayanan firman Tuhan didasarkan pada Yeremia 33: 1 – 13, dengan tema mingguan: “Menghadirkan Kehidupan yang Aman dan Tenteram”.
Mengawali khotbahnya, Pendeta Yerry menyapa jemaat dengan pertanyaan ringan “Apakah jemaat dalam kondisi sehat? Aman? Tenteram?” yang selaras dengan tema mingguan. Menurut KBBI Aman ialah bebas dari bahaya atau gangguan; pasti; tidak meragukan; tidak mengandung risiko. Tenteram ialah tidak ada rasa takut atau kuatir.
“Apa sesungguhnya penyebab paling utama yang membuat seseorang atau banyak orang menjadi tidak tenteram?” tanya Pendeta Yerry
Pendeta Yerry mencoba mengkonstatasi dan menjawab hal itu. Menurutnya, kekerasan dalam rumah tangga, relasi yang tidak harmonis, persekusi, eksploitasi lingkungan, kebutuhan ekonomi dan banyak hal lain merupakan penyebab utama timbulnya rasa ketidaktenteraman pada seseorang.
“Ketidaknyamanan semata-mata bukan soal sedikit atau banyak melainkan kadang disebabkan karena kita mengelolanya dengan tidak bersyukur dan tidak realistis” ujar Pendeta Pureng.
Yeremia 33 berbicara bahwa janji Tuhan tentang pemulihan akan benar-benar terjadi dan mencakup banyak aspek. Ketidaknyamanan & ketidakamanan umat selama masa pembuangan di Babel akan digantikan & diubah dengan kenyamanan, masa yang sangat aman, ada sorak-sorai, ada kegirangan, kehilangan & kematian dipulihkan & dibangkitkan.
Maka berseru dan bersyukur haruslah menjadi respon umat atas pemulihan yang diberikan Tuhan. Berseru dan bersyukur menunjukkan bahwa umat benar-benar sadar tentang Allah yang tetap mengasihi dengan setia dan juga harus membangun keintiman relasi dengan Tuhan dan karenanya umat harus menyembah Tuhan dan mengandalkan Tuhan saja tidak boleh mengandalkan kekuatan & kuasa lain.
Mengandalkan Tuhan percaya pada waktu dan cara Tuhan menolong, dan juga percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan sesuatu pada manusia dan tidak boleh ada kekuatan atau kuasa yang lain.
“Mari katong tetap berseru, bersyukur dan mari katong berjuang dan berusaha untuk terus membaharui hidup, baik dalam lingkup keluarga-rumah tangga, persekutuan jemaat dan ditengah masyarakat” Ucap Pendeta Yerry Pureng menutup khotbahnya.
Dalam kebaktian ini diisi oleh persembahan pujian oleh duet Sdr. Alfian Luturmas dan Sdri. Nadine.
Selesai kebaktian, jemaat diminta tinggal sejenak untuk mendengar arahan dari Ketua Majelis Jemaat Pdt. Lodewyk Laisila tentang progres pembangunan gedung serbaguna SM-TPI dan beberapa hal lain.