Laboratorium “DAMAI” Wayame Terus Dirawat

Wayame – pnielwayame.org – Lebih gampang/mudah membangun dari pada menjaga/merawat. Diksi ini memang sering terjadi dalam kehidupan nyata. Bisa kita temui dalam kondisi fisik. Misalnya, banyak bangunan yang dibangun, tapi minim dalam perawatan. Bisa juga kita jumpai dalam kondisi non-fisik. Misalnya, bangunan keluarga, bangunan sosial, bangunan budaya, dll. Gampang membentuknya, tapi terkadang lalai dalam menjaganya. Bangunan sosial perdamaian tingkat komunitas Wayame salah satu contoh dari bangunan non-fisik tersebut.

Wayame dijadikan semacam “Laboratorium Perdamaian” (dalam tanda petik) di tingkat komunitas sejak peristiwa sosial 1999 hingga kini. Merawat “Laboratorium DAMAI” yang diprakarsai oleh warga masyarakat dan dikawal oleh para tokoh (Tim-20) ini, tidaklah mudah. Kerukunan antar masyarakat berbeda suku dan agama yang menjadi modal sosial harus terus dipelihara. Manajemen sosial yang melibatkan semua kompenen masyarakat harus terus direkayasa. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan peran para pihak, harus saling menopang menciptakan kondisi kondusif.

Tantangan kedepan adalah merawat perdamaian dan toleransi yang sudah terbentuk. Berbagai upaya terus dilakukan dengan memanfaatkan setiap momen. Hari-hari besar kenegaraan dan keagamaan merupakan momen penting untuk saling berbaur dalam keberaneka-ragaman. Apalagi Wayame telah berkembang menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan di kecamatan Teluk Ambon. Banyak orang luar yang datang mencari peruntungan ekonomi dan berdomisili. Pemahaman tentang sejarah perdamaian Wayame perlu terus digaungkan.

Dalam kaitan itu, maka tugas berat para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda adalah selalu berupaya menciptakan momen membumikan perdamaian. Ruang-ruang perjumpaan masyarakat diupayakan dengan berbagai cara. Salah satu momen yang dimanfaatkan dalam upaya pembauran masyarakat, terjadi hari sabtu, 06 November 2021. Pengecoran lantai dua Pastori Jemaat GPM Wayame, dilakukan secara gorong royong, melibatkan seluruh warga jemaat dan dibantu oleh basudara muslim.

Dalam arahan sebelum melakukan kegiatan pengecoran, Ketua Majelis Jemaat GPM Wayame, Pdt. Odik Laisila, S.Th., menggaris-bawahi dua poin, yakni: [1] Pekerjaan ini adalah pekerjaan kita bersama selaku jemaat, sehingga kita semua punya tanggung jawab untuk menyelesaikannya.  Untuk itu, marilah kita semua “sorong bahu” membantu dengan apa yang ada pada kita secara sukacita. Baik itu, uang, materil, tenaga, ide/pemikiran, dan doa. Dengan demikian, kita semua punya andil dan punya suwet (keringat) dalam pembangunan pastori ini; [2]. Kegiatan pengecoran hari ini, kita dibantu oleh basudara muslim. Jangan kita melihat dari jumlah tenaga yang datang, tapi sesungguhnya adalah warna keberaneka-ragaman dalam berbersamaan yang harus terus kita sebagai “Orang Wayame” jaga dan rawat. Momentum seperti inilah yang harus terus diciptakan dalam berbagai kesempatan.

Kegiatan pengecoran dibuka dengan doa oleh Pdt. Laan Kaimarehe/L., S.Si., tepat pukul 07.00 WIT. Umat yang hadir dalam pekerjaan ini ±400 orang (laki-laki, perempuan, pemuda dan anak-anak). Kesempatan ini juga dihadiri oleh basudara muslim, yang dipimpin oleh Bpk. Hanafi & Bpk. Guru Al-Mohdar. Proses pengecoran diselesaikan dalam waktu 5,5 jam, dari waktu yang ditargetkan antara 8-9 jam. Antusiasme dan semangat jemaat yang tinggi, akhirnya proses pengecoran selesai tepat pukul 12.30 WIT. Dilanjutkan dengan “makan patita” yang disiapkan oleh para ibu dari 12 sektor yang ada dalam jemaat. Selesai makan patita, dilakukan proses pembersihan alat dan lokasi kerja. Tepat pukul 14.30 WIT, pekerjaan diakhiri dengan doa oleh Pdt. Yerri Pureng, M.Th. Sebelum berdoa, Pdt. Yerri mengharapkan, semangat jemaat hari ini harus tetap dijaga. Pekerjaan akan diistirahatkan selama dua minggu kedepan, setelah itu akan dilanjutkan kembali atas arahan Tim Teknis. —semangat & sukses— (erjees)*

Please follow and like us:
RSS
Follow by Email